Iwan Fals | |||
---|---|---|---|
Time Asia:Asian Heroes | |||
Lahir | 3 September 1961 Jakarta, | ||
Pekerjaan | Penyanyi |
Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 49 tahun) adalah seorang penyanyi beraliran balada dan country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.
Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara.
Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab
Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia
13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di
Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen
untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP,
Iwan menjadi gitaris dalam paduan suara sekolah.
Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari
seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat
master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto,
Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album
tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai
pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans
fanatik Iwan Fals.
Setelah dapat juara di festival musik
country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum),
lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip
dan diproduksi oleh ABC Records,
tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja.
Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica
Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di
Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda,
misalnya, musiknya ditangani oleh Willy
Soemantri.
Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan
mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget
atau Blok M. Album
Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan
berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi
setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di
TVRI, lagu Oemar Bakri
sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985,
kegiatan mengamen langsung dihentikan.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan
yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik
lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan
Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa
lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga
perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya
tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual
bebas. Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia
sendiri juga tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam
album.
Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat
diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara
lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam
beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus
berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang
dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.Beberapa konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan
cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa
hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa
saat itu.
Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat
keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara
menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana
juga Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan
keluarganya sering mendapatkan teror.
Hanya segelintir fans fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman
lagu-lagu ini, dan sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.
Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan
merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan
mencetak hits Bento dan Bongkar yang
sangat fenomenal. Perjalanan karier Iwan Fals terus menanjak ketika dia
bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990
yang didukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai
sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah
sepanjang sejarah musik Indonesia.
Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan
SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa
dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo
maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan
bersama sebagian mantan personil SWAMI.
Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah
memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam
setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat
musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada setiap
penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo.
Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada
panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada
logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang
tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.
Keluarga
Iwan lahir dari Lies (ibu) dan mempunyai ayah Haryoso almarhum
(kolonel Anumerta). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak
Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya
Rambu Robbani.
Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun
demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade
mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga
dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang
Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang
kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai
imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada
hari kelahiran Galang (1 Januari 1981).
Nama Cikal sebagai putri
kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang
terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan
judul Anissa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan
dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini
cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada
cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian
penata musik masih tertulis kata Anissa.
Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak
yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa
tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung,
Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan sering
menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.
Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian
lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang
di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang
kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga
ikut menyumbangkan suaranya.
Sejak meninggalnya Galang
Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia
tidak segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih
dewasa dan puitis.
Iwan Fals juga lebih banyak membawakan lagu-lagu bertema cinta baik
karangannya sendiri maupun dari orang lain.
Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugrahi seorang anak
lelaki yang diberi nama Rayya Rambu Robbani. Kelahiran putra ketiganya
ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak
memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.
Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total.
Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals mencukur habis rambut
panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja,
rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggot yang dihilangkan.
Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan
pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda
dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan
bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.
Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada.
Rossana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal
kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals
lebih profesional dalam berkarier.
KETIKA Galang lahir pada 1 Januari 1982 si bapak, yang perasaannya
campur-aduk karena pertama kali merasakan diri jadi ayah-merasa harus
bertanggung jawab, merasa mencintai, heran, bahagia, bangga punya
keturunan dan sebagainya-menciptakan lagu berjudul Galang Rambu Anarki.
Lagunya cukup terkenal dan masuk album Opini
(1982).
Galang tumbuh jadi anak cerdas. Endi Aras
sering main tembak-tembakan dengan Galang. Muhamad
Ma'mun punya karakter rekaan yang sering diceritakannya pada Galang.
Namanya "Gringgrong"-seorang jagoan "kayak Tarzan" yang bisa
mengalahkan harimau, naik kuda, dan mengalahkan musuh. Tiap kali Ma'mun
datang menginap, cerita Gringgong ditagih Galang. Di Condet hanya ada
dua kamar, "Kalau saya nginep, Galang tidur sama bapaknya," kata Ma'mun.
Ketika beranjak remaja, Ma'mun melihat Galang badannya bagus,
berbentuk. Galang bukan tipe anak hura-hura. Kalau minta uang paling
buat bayar taksi pergi ke sekolah. "Untuk beli-beli dia nggak punya
uang," kata Iwan. Galang juga besar tekadnya. Suatu saat Galang, yang
belum bisa menyetir mobil dan tak punya surat izin mengemudi, ingin bisa
mengendarai mobil. Solusinya? Galang mengendarai mobil sekaligus dari
Jakarta ke Pulau Bali!
Tapi kekerasan Galang suatu hari membuat Iwan angkat tangan. Dia
datang ke Ma'mun, "Mas gimana nih, Galang nggak mau sekolah lagi?"
"Terus maunya apa?" "Embuh, main musik atau buka bengkel."
Galang memutuskan keluar dari SMP
Pembangunan Jaya di Bintaro, yang terletak dekat rumah dan termasuk
salah satu sekolah mahal di Jakarta. Iwan sering pindah rumah dan waktu
itu tinggal di Bintaro. Hingga Leuwinanggung ia sudah pindah rumah 12
kali. Usia Galang 14 tahun dan sedang memproduksi rekamannya yang
pertama bersama kelompok Bunga. Iwan tak bisa berbuat banyak dan
membiarkan Galang putus sekolah.
Galang pernah juga kabur meninggalkan rumah. Dalam pelarian, menurut
Iwan, Galang melihat poster dan foto papanya di mana-mana. "Dia merasa
diawasi," kata Iwan. Galang merasa tak bisa lari dan kembali ke rumah.
Suatu saat Iwan curiga. Iwan bertanya, "Lang, lu pakai ya?" "Mau apa
tahu, Pa?" kata Galang, ditirukan Iwan.
Iwan menganggap dirinya sudah insyaf. Kok Galang yang memakai? Iwan
merasa Galang meniru papanya. Mula-mula rokok lalu obat. Endi Aras
mengatakan Iwan agak teledor kalau menyimpan ganja atau
merokok.
Galang menerangkan dia hanya mencoba. Rasanya pusing serta teler. "Ya
udah, kalau sudah tahu ya udah," kata Iwan. Kebetulan Galang punya
pacar, seorang cewek gaul bernama Inne
Febrianti, yang juga keberatan Galang memakai obat-obatan. Inne
mendorong Galang tak memakai obat-obatan. "Dia bukan pemakai. Dia sangat
cinta pada keluarganya. Kontrol diri sangat kuat," kata Iwan.
Kamis malam 24 April 1997 sekitar pukul 11:00 malam Galang pulang ke
rumah, setelah latihan main band. Dia makan lalu pamit pada papanya mau
tidur. Mamanya lagi tak enak badan. Iwan masih mendengar Galang
telepon-teleponan. Subuh sekitar 4:30 Kelly Bayu Saputra, sepupu Galang
yang tinggal di sana, mau mengambil sisir di kamar Galang. Kelly
memanggil Galang tapi tak bangun. Kelly mendekati Galang dan
menggoyang-goyangkan badannya. Lemas. Kelly kaget. Dia mengetuk kamar
Yos. Yos bangun dan menemukan Galang badannya dingin. "Saya turun ke
bawah, panggil Iwan," kata Yos.
Keluarga heboh. Iwan terpukul sekali. Pagi itu saudara-saudaranya
datang. Mereka menghubungi semua kerabat dan teman. Leo Listianto, adik
Iwan, menelepon Ma'mun di Karawaci. "Saya masih tidur, antara percaya,
tidak percaya," kata Ma'mun. Sepuluh menit kemudian, Ma'mun ditelepon
Dyah Retno Wulan, adiknya Leo, biasa dipanggil Lala, juga memberitahu
Galang meninggal. "Saya bengong," kata Ma'mun. Dia segera menuju
Bintaro.
Fidiana menerima telepon dari Ari Ayunir. Fidiana membangunkan Iwang
Noorsaid, suaminya, "Wang, ini ada berita duka ... Galang
meninggal." Mereka agak tak percaya karena beberapa hari sebelumnya
pasangan ini bertamu ke Bintaro dan melihat Galang mondar-mandir. Mereka
mencoba telepon ke Bintaro tapi nada sibuk. Mereka menelepon Herri
Buchaeri, Endi Aras, dan beberapa rekan lain sebelum naik mobil ke
Bintaro.
Endi Aras mengatakan, "Pagi-pagi aku dapat kabar. Iwang Noorsaid yang
telepon." Endi sampai di Bintaro sekitar pukul 5:30. "Aku ikut
memandikan (jasad Galang)," kata Endi. Ketika Iwan memandikan jasad
anaknya, dia berujar berkali-kali, "Galang, kamu sudah selesai, Papa
yang belum ... Lang, kamu sudah selesai, Papa yang belum ....." Kalimat
itu diucapkan Iwan berkali-kali. Ma'mun dirangkul Iwan. "Jagain Mas,
jagain anak-anak Mas," kata Iwan, seakan-akan hendak mengatakan ia
sendiri kurang menjaga anaknya dengan baik.
"Yos histeris, menangis ketika saya peluk. 'Aduh, anak saya sudah
meninggal mendahului saya,'" kata Fidiana. Iwan tak banyak bicara,
menunduk, menangis, dan hanya bilang "terima kasih" kepada tamu-tamu.
"Kepada kita dia nggak ngomong sama sekali," kata Fidiana.
Galang dimakamkan di mana? Ada usul pemakaman Tanah Kusir
dekat Bintaro. Iwan emosional, ingin memakamkan Galang di rumahnya.
Bagaimana aturannya? Iwan pun memutuskan menelepon kyai Abdurrahman
Wahid alias Gus Dur dari Nahdlatul Ulama. Saat itu Gus Dur belum jadi presiden
Indonesia. Iwan menganggap Gus Dur "guru mengaji" yang terbuka, tempat
orang bertanya. Gus Dur mengerti hukum Islam maupun hukum pemerintahan.
Gus Dur dalam telepon menjelaskan dalam aturan Islam diperbolehkan
memakamkan jenazah di rumah. Pemakaman bergantung wasiat almarhum atau
keinginan keluarga. Tapi di Jakarta tak bisa memakamkan orang di rumah
sendiri karena keterbatasan lahan. "Di Jakarta nggak boleh ... kalau
Bogor boleh."
Kata "Bogor" itu mengingatkan Iwan pada Leuwinanggung. Keluarga pun
memutuskan Galang dimakamkan di Leuwinanggung.
Menurut Harun Zakaria, seorang tetangga Iwan di Leuwinanggung, yang juga
menjaga kebun Iwan, dia dihubungi Lies Suudiyah, ibunda Iwan. "Bu Lies
datang ke sini. Dia bilang, 'Cucunda meninggal. Tolong di sini
kuburannya," kata Harun.
Jenazah disemayamkan dulu di masjid Bintaro. Sekitar 2.000 jamaah
salat Jumat di masjid itu ikut menyembahyangkan Galang. Banyak seniman,
tetangga, kenalan Iwan, dan Yos datang menyampaikan duka. Setiawan
Djody, W.S. Rendra, Ayu Ayunir,
Jalu, Totok Tewel,
Jockie
Suryoprayogo, juga tampak di sana. Spekulasi wartawan maupun
pengunjung memunculkan gosip bahwa dada Galang kelihatan biru. Galang
digosipkan overdosis. Ini merambat ke mana-mana karena tubuh Galang
kurus ceking.
Orang sebenarnya tak tahu persis penyebab kematian Galang karena tak
ada otopsi terhadap jenazahnya. Kawan-kawan Iwan memilih diam. Mereka
merasa tak nyaman mengecek spekulasi overdosis kepada orangtua yang
berduka. Kresnowati pernah diberitahu Yos bahwa penyebab kematian Galang
penyakit asma. Fidiana mengatakan beberapa hari sebelum kematian, Yos
mengatakan Galang lagi sakit-sakitan. Iwan mengatakan pada saya, fisik
Galang "agak lemah" dan "Galang lemah di pencernaan."
Pendidikan
- SMPN 5 Bandung
- SMAK BPK Bandung
- STP (Sekolah Tinggi Publisistik, sekarang IISIP)
- Institut Kesenian Jakarta (IKJ)
Diskografi
Tidak seluruh album yang dikeluarkan Iwan Fals berisi lagu baru. Pada
tahun-tahun terakhir, Iwan Fals sering mengeluarkan rilis ulang
lagu-lagu lamanya, baik dengan aransemen asli maupun dengan aransemen
ulang. Pada tahun-tahun terakhir ini pula Iwan Fals lebih banyak memilih
berkolaborasi dengan musisi muda berbakat.
Banyak lagu Iwan Fals yang tidak dijual secara bebas. Lagu-lagu
tersebut menjadi koleksi ekslusif para penggemarnya dan kebanyakan
direkam secara live. Beberapa lagu Iwan Fals yang tidak
dikomersialkan seperti lagu 'Pulanglah' yang didedikasikan khusus untuk
almarhum Munir ternyata sangat digemari yang akhirnya
direkam ulang dan dimasukkan ke dalam album "50:50" yang beredar di
tahun 2007.
Album
In
Collaboration with (2003)
- Canda Dalam Nada (1979)
- Canda Dalam Ronda (1979)
- Perjalanan (1979)
- 3 Bulan (1980)
- Sarjana Muda (1981)
- Opini (1982)
- Sumbang (1983)
- Barang Antik (1984)
- Sugali (1984)
- KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985)
- Sore Tugu Pancoran (1985)
- Aku Sayang Kamu (1986)
- Ethiopia (1986)
- Lancar (1987)
- Wakil Rakyat (1988)
- 1910 (1988)
- Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1988)
- Mata Dewa (1989)
- Swami I (1989)
- Kantata Takwa (1990)
- Cikal (1991)
- Swami II (1991)
- Film
- Damai Kami Sepanjang Hari (1985)
- Kantata Takwa (film) (1990)
- Trahlor) (1996)
- Kantata Samsara (1998)
- Best Of The Best (2000)
- Suara Hati (2002)
- In Collaboration with (2003)
- Manusia Setengah Dewa (2004)
- Iwan Fals in Love (2005)
- 50:50 (2007)
- Untukmu Terkasih (2009) - mini album
- Keseimbangan - Iwan Fals (2010)
Singel
- Serenade (bersama Ritta Rubby) (1984)
- Kemesraan (bersama artis Musica) (1988)
- Percayalah Kasih (bersama Jockie Surjoprajogo dan Vina Panduwinata)
- Terminal (bersama Franky S.) (1994)
- Mata Hati (bersama Ian Antono) (1995)
- Orang Pinggiran (bersama Franky S.) (1995)
- Katakan Kita Rasakan (bersama artis Musica)
- Di Bawah Tiang Bendera (bersama artis Musica) (1996)
- Haruskah Pergi (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
- Selancar (bersama Indra Lesmana dan Import Musik) (2006)
- Tanam Tanam Siram Siram (Kampanye Indonesia Menanam) (2006)
- Marilah Kemari (Tribute to Titiek Puspa) (2006)
- Aku Milikmu (Original Soundtrack Lovers / Kekasih) (2008)
Single Hits yang dibawakan penyanyi lain
- Maaf (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
- Belailah (dibawakan oleh Ritta Rubby) (1986)
- Trauma (dibawakan oleh God Bless) (1988)
- Damai Yang Hilang (dibawakan oleh God Bless) (1988)
- Orang Dalam Kaca (dibawakan oleh God Bless) (1988)
- Pak Tua (dibawakan oleh grup band Elpamas) (1991)
- Oh (dibawakan oleh Fajar Budiman) (1994)
- Nyanyian laut ( dibawakan Nicky Astria )
- Menangis (dibawakan oleh Franky S.)
- Bunga Kehidupan (dibawakan oleh artis Musica)
Album kompilasi
- Tragedi
- Banjo & Harmonika
- Celoteh-celoteh
- Celoteh-celoteh 2
- Country
- Tembang Cinta (1990)
- Akustik
- Akustik Ke-2 (1997)
- Salam Reformasi (1998)
- Salam Reformasi 2 (1999)
- Prihatin (2000)
Film
- Damai Kami Sepanjang Hari (1985)
- Kantata Takwa (film) (1990)
- Kekasih (2008) - cameo
Lagu yang tidak beredar
- Demokrasi Nasi (1978)
- Semar Mendem (1978)
- Pola Sederhana (Anak Cendana) (1978)
- Mbak Tini (1978)
- Siti Sang Bidadari (1978)
- Kisah Sapi Malam (1978)
- Mince Makelar (1978)
- Luka Lama (1984)
- Anissa (1986)
- Biarkan Indonesia Tanpa Koran (1986)
- Oh Indonesia (1992)
- Imelda Mardun (1992)
- Maumere (1993)
- Joned (1993)
- Mesin Mesin Pembunuh (1994)
- Suara Dari Jalanan (1996)
- Demokrasi Otoriter (1996)
- Pemandangan (1996)
- Jambore Wisata (1996)
- Aku Tak Punya Apa-Apa (1997)
- Cerita Lama Tiananmen (1998)
- Serdadu dan Kutil (1998)
- 15 Juta (1998)
- Mencari Kata Kata (1998)
- Malam Sunyi (1999)
- Sketsa Setan Yang Bisu (2000)
- Indonesiaku (2001)
- Kemarau (2003)
- Lagu Sedih (2003)
- Kembali Ke Masa Lalu (2003)
- Harapan Tak Boleh Mati (2004)
- Saat Minggu Masih Pagi (2004)
- Repot Nasi / Sami Mawon (2005)
- Hari Raya Bumi (2007)
- Hari Raya Bumi (2007)
- Berita Cuaca (2008)
- Paman Zam
- Kapal Bau Pesing
- Makna Hidup Ini
- Selamat Tinggal Ramadhan
- Nyatakan Saja
- Berputar Putar
- Air dan Batu
- Lagu Pegangan
- Semut Api dan Cacing Kecil
- Kata-Kata
- Pukul Dua Malam
- Penjara
- Belatung
- Nyanyian Sopir
- Bunga Kayu di Beranda
- Aku Bergelora
- Suara Dari Jalanan
Penghargaan
- Juara harapan Lomba Musik Humor (1979).
- Juara I Festival Musik Country (1980).
- Gold record, lagu Oemar Bakri, PT. Musica Studio's.
- Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT. Musica Studio's.
- Penghargaan prestasi artis HDX 1987 - 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam.
- Penyanyi Pujaan, BASF, (1989).
- The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 - 1989.
- Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.
- Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia - 1999.
- Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution To Cultural Exchange Between Korea and Indonesia, 25 September 1999.
- Penyanyi solo terbaik Country/Balada AMI Sharp Award (2000).
- Video klip terbaik lagu Entah, Video Musik Indonesia periode VIII - 2000/2001.
- Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT. Musica Studio's - Juni 2002.
- 6th AMI Sharp Award, album terbaik Country/Balada.
- 6th AMI Sharp Award, artis solo/duo/grup terbaik Country/Balada.
- Pemenang video klip terbaik edisi - Juli 2002, lagu Kupu-Kupu Hitam Putih, Video Musik Indonesia, periode I- 2002/2003.
- Penghargaan album In Collaboration with, angka penjualan diatas 150.000 unit, PT. Musica Studio's - Juni 2003.
- Triple Platinum Award, album In Collaboration with, angka penjualan diatas 450.000 unit, PT. Musica Studio's - November 2003.
- 7th AMI Award 2003, Legend Awards.
- 7th AMI Award 2003, Penyanyi Solo Pria Pop Terbaik.
- Penghargaan MTV Indonesia 2003, Most Favourite Male.
- SCTV Music Award 2004, album Ngetop! (pop) In Collaboration with.
- SCTV Music Award 2004, Penyanyi Pop Ngetop.
- Anugrah Planet Muzik 2004.
- Generasi Biang Extra Joss - 2004.
- 8th AMI Samsung Award, Karya Produksi Balada Terbaik.
- SCTV Music Award 2005, album pop solo ngetop Iwan Fals In Love.
- With The Compliment Of Metro TV.
- Partisipasi dalam acara konser Salam Lebaran 2005, PT. Gudang Garam Indonesia.
- Lagunya bersama {Swami} yang berjudul [Bongkar] menerima penghargaan 150 lagu terbaik sepanjang masa versi Majalah Rolling Stone peringkat 1.
Pranala luar
- (id) ( Official Site ) - Iwan Fals
- (id) ( Unofficial Site ) - Iwan Fals Online
- (id) ( Unofficial Site ) - Iwan Fals Mania
- (id) Lirik Lagu dan Gitar Kord-nya
- (en) Time Asia: Asian Heroes - Iwan Fals
- (id) Iwan Fals The Rolling Stone Interview
- (id) Dewa dari Leuwinanggung
- (id) Profil Iwan Fals di KapanLagi.com
Iwan Fals | |
---|---|
Studio albums |
Canda Dalam Nada • Canda Dalam Ronda • Perjalanan • 3 Bulan •
Sarjana Muda • Opini • Sumbang •
Barang Antik • Sugali •
KPJ •
Sore Tugu Pancoran • Aku Sayang
Kamu • Ethiopia • Lancar • Wakil Rakyat •
1910 • Antara Aku, Kau Dan Bekas
Pacarmu • Mata Dewa • Cikal • Belum Ada Judul • Hijau • Dalbo • Anak
Wayang • Orang Gila • Suara
Hati • In
Collaboration with • Manusia Setengah Dewa • Iwan Fals in Love • 50:50 • Untukmu Terkasih |
Bersama Swami | |
Bersama Kantata | |
Album Kompilasi | |
Singel | |
Filmografi |